Bagiku dirimu adalah…

Posted: March 12, 2011 in Motivasi, PooM

“kenapa kamu mau bersahabat denganku, menemaniku saat aku sedih, mendengarkanku saat aku ingin bercerita, menghampiriku saat aku tak sanggup sendiri?? Padahal aku bukanlah siapa2, bukan seorang yg cantik, populer, kaya, berharta, berfasilitas mewah, dan bukan pula anak seorang pejabat atau ilmuwan ternama, tidak ada yg dpt kamu harapkan dariku, kenapa kamu mau bersahabat denganku”? Tanyamu padaku sobat pada satu hari…

Dan sampai saat ini aku masih mengingat pertanyaanmu ini? Pertanyaan yang sempat membuatku bingung tuk sesaat, pertanyaan yang musti kurenungi untuk menjawabnya, karena memang yg kau katakan itu benar, dilihat dengan kacamata dunia…

hanya iman yang bisa menjawabnya…
Bagiku persahabatan itu bukanlah menerima tetapi memberi sebanyak2nya yang ku bisa…

Bagiku persahabatan itu adalah merasakan sedih ketika kau bersedih… Menghiburmu kala kau butuh…dan menghampirimu saat kau tak bisa sendiri….

Bagiku persahabatan itu adalah merasa bahagia saat kau bahagia…

Bagiku persahabatan itu bukanlah tutup mulut dan diam membiarkanmu melakukan kesalahan, tapi menuntunmu dan menggandengmu menjauhi kesalahan sebisaku…

Bagiku persahabatan itu…
Adalah ukhuwwah seperti yg Rasul ajarkan…

Seperti cerita para sahabat anshar dan muhajirin…
kaum anshor merelakan harta yang dia miliki tuk dibagi dua dengan kaum muhajirin yg hijrah ke madinah…bahkan mereka merelakan istrinya…subhanallah…

bagiku persahabatan itu…memberi walau kau pun saat itu perih…
Seperti abu bakar yang rela menahan sakitnya gigitan ular karena tak ingin rasul yang tidur dipangkuannya terbangun…

Hanya satu harapku…
Persahabatan ini berbuah syurga…
Bukankah Allah menjanjikan syurga bagi dua orang yang mencintai saudaranya karena Allah…Allah menjanjikan pertemuan nanti di syurga…

sahabatku…ana uhibbukifillah…

Yang terbaik, Allah pasti beri!

Posted: March 12, 2011 in Motivasi

hidup adalah pilihan!
ya! Memang! Hidup adalah sebuah pilihan, tapi tersering pilihan yang kita hadapi sulit untuk kita putuskan. Tak semudah pilhan seorang anak kecil yang ditawarkan jajanan oleh ibunya, kemudian dia memilih yang dia suka.

Hidup terasa tak mudah ketika keinginan dibenturkan dengan kenyataan. Ketika kau memiliki keinginan yang sangat kuat kuliah diperguruan tinggi ternama, ternyata Allah memberimu tempat belajar yang tak begitu jauh dari rumah dan tak pernah terpikirkan olehmu sebelumnya. Ah…kau mengeluh pada Tuhan, kenapa diberikan yang tak kau inginkan.

Suatu pagi, hp mu tiba2 mati, tak ada angin tak ada hujan, kebentur sedikit pun tak pernah, kemudian kau pun mengeluhkan…mengapa terjadi padaku ya Allah…? Kenapa padaku??

Sudah lama kau menaruh hati pada seorang gadis, gadis yang kau rasa terbaik tuk jadi istrimu, seorang gadis yang solehah dimatamu, penuh kelembutan dan dihiasi kasih sayang, sudah lama kau memendam keinginan terhadapnya, di tiap malam kau selalu berdoa “berikanlah aku pasangan hidup terbaik ya Allah”, namun ketika kau memantapkan hati tuk meminangnya ternyata gadis itu sudah dikhitbah oleh laki-laki lain. “ya…Allah…”kau mengadu pada Allah… Rasa sedih menyelimuti hatimu, hati kecilmu berkata “mengapa Engkau berlaku ini padaku? Bukankah aku selalu meminta pada tiap malamku? Bukankah aku selalu menunaikan perintahMu dan kujauhi pula laranganMu?” hatimu berkecamuk…keinginan dan kenyataan terbentur dalam benturan yg maha dahsyat, kau lupa dengan do’amu, do’amu yang selalu meminta yang terbaik, yang terbaik dalam hidupmu. Menurutmu gadis itulah yang terbaik, namun Allah berkata lain, namun kau tetap dalam pandanganmu& emosi jiwamu.

kita sering menghanyutkan diri dalam kesedihan saat kenyataan tak sesuai dengan keinginan. Padahal dalam tiap do’a kita selalu meminta …yang terbaik…yang terbaik ya Rabb…, namun saat Allah memberi keputusan kita menganggap bukan itu yang terbaik.

Menurut saya ada sebuah pelajaran yang bisa dipetik dari kisah nabi musa dan nabi khidir yang tercantum dalam surat Al Kahfi. Dalam kisah ini nabi Musa belajar kepada nabi khidir, dimana nabi musa mendampingi perjalanan nabi khidir, namun jika dalam perjalanan ada sesuatu yang terjadi, nabi musa dilarang untuk bertanya hingga nabi khidir sendirilah yang nanti akan menjelaskan.

Saat nabi khidir dan nabi musa menumpangi sebuah perahu nelayan, kemudian nabi khidir melubangi perahu tersebut. Melihat hal itu nabi musa heran dan bercampur marah bertanya pada nabi musa “kenapa kau melubangi perahu nelayan ini, padahal mereka sudah berbaik hati menumpangkan kita”. Nabi khidir mengatakan …apakah kau lupa dengan perjanjian kita? Bahwa kau tidak boleh bertanya, jika kau masih ingin berjalan denganku, bersabarlah dan jangan bertanya.

Dalam perjalan selanjutnya, nabi khidir membunuh seorang anak laki2,kemudian nabi musa pun bertanya “kenapa kau bunuh anak laki2 itu, padahal dia seorang anak sholeh” kemudian nabi khidir pun kembali mengingatkan nabi musa.

Dalam perjalanan berikutnya, mereka sampai pada sebuah desa, penduduk disana sangat pelit, tidak ada yang mau memberi merka bekal untuk perjalanan. Namun nabi khidir melihat ada sebuah rumah yang hampir roboh, kemudian dia menegakkan kembali bangunan itu. Nabi musa pun bertanya “kenapa kamu bantu menegakkan rumah itu, padahal org2 didesa ini adalah org2 yg sangat pelit”. Mendengar pertanyaan itu nabi khidir pun berkata “sampai disinilah perjalan kita, ternyata kau tidak sabar mengikutiku, baiklah..aku akan menjawab pertanyaanmu, kenapa aku melubangi kapal itu, karena kapal itu adlah milik seorang nelayan yg miskin, di negeri itu hidup seorang raja yang kejam yg suka merampok kapal2 nelayan, jika kapal itu dibiarkan berlayar maka kapal itu akan dirampas oleh raja kejam itu, yang kedua mengenai anak laki2 yang saya bunuh, anak laki2 itu memiliki orangtua yng sholeh, saya membunuhnya karena dia akan menjadi anak yang keji dan durhaka yang menyeret orangtuanya ke neraka, yang ketiga kenapa saya memperbaiki rumah itu, karena disana hiduplah 2 orang anak yatim sedangkan dibawah rumah itu terdapat harta peninggalan ayahnya, jika rumah itu roboh maka akan ada pihak yang mengambilnya padahal mereka masih kecil”

Begitulah kisah nabi khidir dan nabi musa.

Andai saja kita bisa bertanya seperti nabi Musa dan langsung dijawab seperti nabi khidir, tentu kita bisa bertanya, kenapa Allah memberikan keputusan ini, kenapa Allah memilihkan yang itu. Jika saja jawaban itu bisa didapatkan langsung mungkin laki2 tadi akan bertanya kenapa aku tidak dijodohkan dengan gadis pujaannya. Tidak! Tidak akan pernah terjadi! jawaban itu sendiri, kitalah yang mencarinya, mencari satu demi satu jawaban dengan kesabaran, bahwa memang itulah yang terbaik. Karena disitulah letak ujiannya, apakah kita bisa bersabar dan berhuznuzhon dengan Allah…

Ukhty…akhi…yakinlah Allah akan memberikan yang terbaik dalam hidup kita, kaca mata kita tidak sama dengan kaca mata Allah, pandangan kita tidak sama dengan pandangan Allah, pandangan Allah luas, pandangan kita terbatas, teruslah berdo’a, yg terbaik! Dan teruslah bersabar dan senantiasa berhusnuzhon, semoga berbuah pahala dan ketentraman…amin..

(sela2 waktu koas mata, terimakasih pd tmn2 yg senantiasa menginspirasi hari2ku)

Wah…dilihat dari judulnya kayaknya sadis betul, “kalo berani, lamar aja! Jangan pake siaran tunda atau diuber2 segala!” kalimat ini tercetus saja dipikiranku saat beberapa waktu lalu(mgkin sdh agak lama,tp baru kali ini kurangkai dalam kata2) saat mendengar keluh kesah salah satu sobatku melihat fenomena yg terjadi kini. Sobat yang juga menginspirasiku membuat sebuah tulisan berbentuk opini dlm tuturan cerita “menanam pohon cinta”.

Menikah? Siapa sih yg g’ pingin? Anak esempe aja paling jg mau, hnya saja mereka belum mampu jadi rasa itu disalurkan dalam bentuk pacaran bagi sebagiannya dan sebagian lagi hanya memendam rasa. Emang fitrahnya manusia diciptakan berpasang2an, ditanamlah bibit2 cinta oleh sang pencipta pada tiap2 hati manusia, bibit ini kan terus tumbuh dan bersemi seiring bertambahnya usia hingga kau merasa hidup berpasangan akan lebih lengkap rasanya dunia. Makanya ketika ditanya maukah kamu menikah? Makanya jawabnya tentu saja, karena itu fitrah manusia.

seorang teman pernah berkeluh kesah padaku, akan rasa kurang nyamannya melihat fenomena yang ada dihadapannya, dia bilang dengan istilah “ngumbar2 rasa” (hehe…aku hanya tertawa tipis saja, dalam hati kubilang emang bener).

Banyak yang mengatakan dlm berbagai bahasanya ….andai aku tidak sendiri……atau bidadari….. Dan serangkain kata ambigu lainnya yang menyatakan kesepian dan keinginannya untuk belahan jiwanya & menggenapkan setengah agamanya, mungkin kita sering membaca status ini di fb, atau mendengar di berbagai pertemuan informal dan yg lain sebagainya. Apa ada yang salah dengan hal ini?? Mungkin bagi sebagian orang tidak kenapa, tapi mungkin jg bagi banyak orang akan menimbulkan penyakit hati, mungkin banyak kepingan hati yang menerka2 atau akan banyak aksi2 yang bergejolak dlm hati karenanya. Tidak ada yang tahu hati manusia karena syetan selalu senang menggodanya, maka akan lebih bijak jika perasaannya hanya Allah yang mengetahuinya, atau kalo siap&berani, lamar saja! Jangan pake siaran tunda! Atau diubar2 segala! Kalo udah nikah ungkapkan segala perasaanmu dengan penuh cinta padanya maka Allah pun makin cinta.

Seseorang juga pernah bercerita padaku, ada seseorang yang ingin menikah, ta’arufnya mulai sekarang menikahnya setahun atau lebih kemudian, hahay….ngapain aja selama itu? setahun lebih itu adalah peluang syetan untuk mengotori hati manusia, jangankan setahun, satu hari saja mungkin sudah cukup baginya menjerumuskan manusia.

(manusia yang penuh kilaf dan dosa, yang juga tak luput dari godaan syetan yang siap menjerumuskan dimana saja dan kapan saja, mari berselindung diri pada Allah dari godaan syetan yang terkutuk….)

Wanita itu duduk termangu, matanya tak berkedip melihat sebuah iklan di tv, iklan pemutih, bisa dibayangkan seperti apa iklannya, seorang wanita dengan kulit putih tentunya, namanya saja iklan pemutih. Ada yang bilang cantik itu relatif, tapi semua iklan di tv, sinetron, film, dan setiap sesuatu yang disajikan mengatakan bahwa cantik itu adalah berkulit putih dan mulus.ambooi…… “andai saja aku seputih dan secantik itu” bisiknya dalam hati. “Ah sudahlah…ini sudah takdirku” bisik hatinya.

Sejurus kemudian, iklan pemutih pun berganti dengan iklan pelangsing, bahkan berbagai macam obat pelangsing pun ditawarkan, tentu saja dengan bintang iklan yang tak kalah cantiknya, sangat langsing, kalo orang bilang seperti gitar spanyol, walalu dia sendiri belum pernah melihat seperti apa gitar dari spanyol itu, diam-diam dia kurang menyenangi tontonan tivi, dia merasa disuguhi dengan segala sesuatu yang membuatnya tidak mensyukuri nikmat yang telah Allah beri, seperti saat ini dia kembali berandai-andai dalam hati “andai saja aku selangsing wanita itu”.ambooi…. “ah…sudahlah, ini mungkin sudah takdirku” gumamnya kembali.

Sejurus kemudian, seseorang mengetuk pintu, dia pun bergegas membukakan pintu, seorang wanita, sekarang wanita di iklan itu menjelma dihadapannya, cantik, putih, langsing tapi berbeda, wanita ini dalam balutan jilbab rapi. Dia sahabatnya, sama2 aktivis, tapi secara fisik sangatlah berbeda, bak langit dan bumi. Tak jarang dia berandai2 “andai aku cantik,putih dan langsing sepertinya”, sahabatnya itu dikagumi banyak lelaki diluar sana, disanjung, dipuja2, mungkin juga banyak puisi yang tercipta untuknya. saat syetan menggoda, wanita itu merasa iri pada temannya, tapi dia sadar dia tidak boleh cemburu kecuali karena amalan bukan fisik, bukankah Allah melihat hatimu, bukan fisikmu, lalu rasa iri akan fisik itu ditepisnya jauh2.

“Allah memberi cobaan pada hambaNya baik itu rasa senang ataupun kesusahan sebagai ujian& pelajaran baru bagi hambaNya”

wanita itu ingat beberapa waktu yang lalu, dia diperlakukan seperti wanita, dan wanita mana yang tak kan tersanjung diperlakukan seperti itu, seorang laki2 menyanjungnya dengan bahasa yang indah, penuh sopan dan penghormatan, lewat tulisan yang dikirim ke alamat emailnya, lelaki itu mengenalnya dari tulisan2nya disebuah situs. Ya! Wanita itu sangat senang menulis, bahkan rangkaian kata sering ditulisnya dihatinya dimana saja. Ambooi…wanita mana yang tidak senang diperlakukan dengan ucapan yang sopan dan penuh kekaguman, laki2 itupun mengatakan ia tak memandang cantiknya rupa tapi cantiknya jiwa karena memang laki2 itu belum pernah sama sekali melihatnya. Hampir saja ia jatuh mengenaskan dalam rapuhnya cinta. Ternyata Allah masih mencintai hambaNya. Allah mendatangkan laki2 itu sebagai ujian baginya, dan memberikan sebuah pelajaran baginya, bahwa hatinya begitu mudah terpedaya, andai saja dia begitu cantik dan mempesona berapa banyak ujian yg harus dilaluinya, dari rayuan laki2 dunia atau keinginan mempertotonkan aurat yang kan membuat terpesona laki2 mana sja yang melihatnya, sekarang wanita gendut,pendek,hitam dan lebih jelek dari untanya itu lebih mengetahui bahwa Allah sangat dan sangat mencintaiNya. Allah lebih mengetahui apa yang diciptakannya. Allah mengetahui betapa rapuh hatinya yang mudah jatuh terperdaya, maka Dia pun tak menciptakan wanita itu dalam bentuk yang secantik2nya rupa dimata manusia, tapi dia sebaik2 bentuk dimataNya, Allah begitu cinta padanya, hingga Dia menutup satu pintu yang bisa menjerat wanita itu ke neraka, andai saja dia seorang wanita yang langsing,putih& tinggi semampai tentu kan banyak jurang, lubang dan duri2 yang siap menjebaknya& membawanya ke neraka. Allah lah sebaik2nya pencipta.

Ukhty…engkau begitu cantik malam ini, dalam balutan jilbab yang menutup rapi auratmu dan pakaian taqwa yang menyertaimu.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupamu, tapi Dia melihat pesona jiwamu, maka percantiklah hatimu, bersihkanlah ragamu” sungguh Allah sebaik2 pencipta.

Cerita ini terinspirasi dari buku yang berjudul “laki2 pendek, hitam dan lebih jelek dari untanya”

Cukuplah Allah Bagi Kita…

Posted: March 12, 2011 in PooM

ketika ditimpa masalah, apa yang kau pikirkan?

siapakah yang ada disampingku, membagi dukaku, adakah?

lalu sepi….

dan kau pun sedih….. merasa sendiri….

dan masalah tak bertepi…

wahai siapakah yang menemani ?

kau pun bersedih hati…

tak ada tempat berbagi…

atau kadang salah melabuhkan hati….

“cukuplah Allah bagiku”

harusnya itu selalu kau pegang didadamu….

sedih, duka, bahagia…

cukuplah Allah…..

tidak cukupkah Ia bagimu??

apalagi yg kurang…?

kalau dia Maha Sempurna…

kalau Dia selalu ada….

apalagi yg kurang?

cukup Allah bagi kita….

—-februari 2009—-

Orang yang sedang ditimpa penyakit tidak perlu dicekam rasa takut selama ia mentauhidkan Allah dan menjaga shalatnya. Bahkan, meskipun di masa sehatnya ia banyak berkubang dalam dosa dan maksiat, karena Allah itu Maha Penerima taubat sebelum ruh seorang hamba sampai di kerongkongan. Dan sesungguhnya di balik sakit itu terdapat hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang mau memikirkan-nya, di antaranya adalah:

1. Mendidik dan menyucikan jiwa dari keburukan.

Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy Syura: 30)

Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.”

Dalam hadits lain beliau bersabda: “Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” Sebagian ulama salaf berkata, “Kalau bukan karena musibah-musibah yang kita alami di dunia, niscaya kita akan datang di hari kiamat dalam keadaan pailit.”

2. Mendapatkan kebahagiaan (pahala) tak terhingga di akhirat.

Itu merupakan balasan dari sakit yang diderita sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Dan dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan). At Tirmidzi meriwayatkan dari Jabir secara marfu’, ”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dicabik-cabik ketika di dunia karena iri melihat pahala orang-orang yang tertimpa cobaan.”

3. Allah dekat dengan orang sakit.

Dalam hadits qudsi Allah berfirman: ”Wahai manusia, si fulan hamba-Ku sakit dan engkau tidak membesuknya. Ingatlah seandainya engkau membesuknya niscaya engkau mendapati-Ku di sisinya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah)

4. Sebagai parameter kesabaran seorang hamba.

Sebagaimana dituturkan, bahwa kalau seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.

Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadits secara marfu’, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah.”

Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha. Dan jikalau memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga).”

5. Dapat memurnikan tauhid dan menautkan hati kepada Allah.

Wahab bin Munabbih berkata, “Allah menurunkan cobaan supaya hamba memanjatkan do’a dengan sebab bala’ itu.” Dalam surat Fushilat ayat 51 Allah berfirman, artinya, “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.”

Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah (inabah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita. Apabila seseorang ditimpa musibah baik berupa kefakiran, penyakit dan lainnya maka hendaknya hanya berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah saja sebagiamana dilakukan oleh Nabi Ayyub ‘Alaihis Salam yang berdoa, “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya, ”(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (QS. Al Anbiyaa :83)

6. Memunculkan berbagai macam ibadah yang menyertainya.

Di antara ibadah yang muncul adalah ibadah hati berupa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah menjauhkan diri dari kesesatan. Amat banyak hamba yang setelah di timpa sakit ia mau memulai bertanya persoalan agamanya, mulai mengerjakan shalat dan berbuat kebaikan, yang kesemua itu tak pernah ia lakukan sebelum menderita sakit. Maka sakit yang dapat memunculkan ketaatan-ketaatan pada hakekatnya merupakan kenikmatan baginya.

7. Dapat mengikis sikap sombong, ujub dan besar kepala.

Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, mengeluarkan berbagai kotoran, bau tak sedap,dahak dan terpaksa harus lapar, kesakitan bahkan mati, maka ia tak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya. Dia tak akan mampu menguasai kematian, terkadang ia ingin mengetahui sesuatu tetapi tak kuasa, ingin mengingat sesuatu namun tetap saja lupa. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk dirinya, demikian pula orang lain tak mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri di hadapan Allah dan sesama manusia?

8. Memperkuat harapan (raja’) kepada Allah.

Harapan atau raja’ merupakan ibadah yang sangat utama, karena menyebabkan seorang hamba hatinya tertambat kepada Allah dengan kuat. Apalagi pada penderita sakit yang telah sekian lama berobat kesana kemari namun tak kunjung sembuh. Maka dalam kondisi seperti ini satu-satunya yang jadi tumpuan harapan hanyalah Allah semata, sehingga ia mengadu: “Ya Allah tak ada lagi harapan untuk sembuhnya penyakit ini kecuali hanya kepada-Mu.” Dan banyak terbukti ketika seseorang dalam keadaan kritis, ketika para dokter sudah angkat tangan namun dengan permohonan yang sungguh-sungguh kepada Allah ia dapat sembuh dan sehat kembali. Dan ibadah raja’ ini tak akan bisa terwujud dengan utuh dan sempurna jika seseorang tidak dalam keadaan kritis.

9. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ bahwa Rasulullah n bersabda, ”Barang siapa yang dikehen-daki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya sarat dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sehat.

10. Allah tetap menulis pahala kebaikan yang biasa dilakukan oleh orang yang sakit.

Meskipun ia tidak lagi dapat melakukannya atau dapat melakukan namun tidak dengan sem-purna. Hal ini dikarenakan seandainya ia tidak terhalang sakit tentu ia akan tetap melakukan kebajikan tersebut, maka sakinya tidaklah menghalangi pahala meskipun menghalanginya untuk melakukan amalan. Hal ini akan terus berlanjut selagi dia (orang yang sakit) masih dalam niat atau janji untuk terus melakukan kebaikan tersebut. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, ”Tidak seorangpun yang ditimpa bala pada jasadnya melainkan Allah memerintah-kan kepada para malaikat untuk menjaganya, Allah berfirman kepada malaikat itu, “Tulislah untuk hambaKu siang dan malam amal shaleh yang (biasa) ia kerjakan selama ia masih dalam perjanjian denganKu.”

11. Sakit dapat menghantarkan ke manzilah (kedudukan) tertentu di Surga.

Terkadang seorang hamba memiliki manzilah di Surga, akan tetapi amalnya tidak dapat mengantarkannya ke sana maka Allah menimpakan kepadanya berbagai ujian secara bertubi-tubi sehingga sampailah ia kepada manzilah tadi, sebagaimana dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam Ibnu Hibban dari Abu Hurairah.

12. Dengan sakit akan diketahui besarnya makna sehat.

Jika seseorang selalu dalam keadaan sehat maka ia tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cobaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba sakit, ia ingin agar bisa segera pulih sebagaimana kondisi semula ketika sehat, sebab setelah sakit itulah ia akan tahu apa artinya sehat.

Hendaknya seorang hamba bersabar dan memuji Allah ketika tertimpa musibah, sebab walaupun ia sedang sakit maka tentu masih ada orang lain yang lebih parah, dan jika tertimpa kefakiran maka pasti ada yang lebih fakir lagi. Hendaknya ia melihat sakit yang diderita dengan nikmat yang telah diterima dan dengan memikirkan faedah dan manfaat dari sakitnya. Dalam urusan agama seseorang harus memandang yang diatasnya agar tidak merasa bahwa dirinyalah orang yang terbaik, sedang dalam urusan dunia ia harus memandang orang yang ada di bawahnya agar menimbulkan rasa syukur dan melahirkan pujian kepada Allah.

13. Bagi seorang hamba (muslim) sakit merupakan rahmat bukan siksa.

Firman Allah, artinya. “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Menge-tahui.” (QS. an Nisaa:147)

Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengenal Allah dan hikmahNya, meskipun demikian Allah tetap menyayanginya karena itu semua disebabkan ketidak tahuan, kelemahan dan kekurangannya.

Biarkan cinta selalu hadir menyapamu kawan….
Biarkan dia singgah dan bermain bersamamu…
Cintailah ia dan ajaklah ia bercengkerama…
Jangan biarkan ia lewat begitu saja…

Hadirkanlah cinta dalam setiap aktivitasmu…
Agar pahit itu terasa manis…

Hadirkanlah cinta selalu…
Agar senyum selalu hadir dibibirmu…
Walau saat itu kau merasa dunia ini sangat sempit bagimu…
Tapi dengan hadirnya cinta semua terasa lebih indah…

kata orang (kata orang nih ya dlm syair2 para pujangga,bukan kataku, sebenarny aku jg g’ tau persis seperti apa rasanya) katanya; dua orang yang saling jatuh cinta yg tinggal digubuk reot, makan sepiring berdua dgn lauk seadanya merasa hidupnya begitu indah& dunia serasa milik mereka, begitulah besarnya pengaruh rasa cinta dlm hidup kita, pahit dan susah terasa indah dan enak2 saja…

dalam beberapa hari belakangan ini saya sedang “terapi cinta”, (ah…ada2 saja namanya…) maksudnya saya mulai mencoba mencintai apa2 yg harus saya lakukan tidak hanya melakukan hal2 yg saya cintai. Ya! inilah hal yg sulit! kewajiban melakukan hal2 yg tdk kita sukai. Saya merasa kita semua pernah dan malah sering dalam situasi seperti ini. mungkin yang sering kita lakukan adalah mengeluh, melakukannya tidak sepenuh hati, geges dan akhirnya menghabiskan energi yg kita punya dan timbullah rasa kecewa, g’ senang, g’ mood & rasa2 g’ enak lainnya….

Cobalah hadirkan cinta…
Cobalah tuk jatuh cinta…
Cintailah setiap pekerjaan kita…
Niatkan tuk menggapai cinta diatas cinta…

rasa cinta ini juga berhubungan erat dengan sifat2 baik lainnya….
Lapang dada adalah kawannya….
kasih sayang adalah istrinya….
Pemurah adalah sepu2nya…
Pemaaf adalah ibu bapaknya…
Sifat2 baik lainnya adalah anak cucunya…
Dan keluarga ini adalah BAHAGIA^_^

Ayo mencintai apa2 yg kita kerjakan, tidak hanya melakukan apa2 yg kita cintai, niatkan semua tuk menggapai ridho Allah….^_^

*dinas pertama OBGYN,cuma sendiri di stase IGD,pasien 4(2konsul,1pulang, 1 in partu), bolak-balik muter2 brankar, maen2 ke bag.BEDAH, dapet byk pelajaran kalo mau memetiknya, mencoba mencintai setiap detik prosesnya, terapi cinta^_^*

Sifat Malu Kaum Wanita

Posted: March 12, 2011 in Artikel

dakwatuna.com – Malu adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan keanggunan yang ada padanya. Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.

Apa sih sifat malu itu? Imam Nawani dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan penyimpangan terhadap hak orang lain.”

Abu Qasim Al-Junaid mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi Rezeki.”

Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:

1. Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.

2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).

3. Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap tidak malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.

Karena itu, beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”

Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)

Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.

Tentang kesejajaran sifat malu dan iman dipertegas lagi oleh Rasulullah saw., “Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat.” (HR. Hakim dari Ibnu Umar. Menurut Hakim, hadits ini shahih dengan dua syarat-syarat Bukhari dan Muslim dalam Syu’ban Iman. As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shagir menilai hadits ini lemah.)

Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)

Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)

Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk menghiasi diri dengan sifat malu. Dari mana sebenarnya energi sifat malu bisa kita miliki? Sumber sifat malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu akan muncul dalam diri kita jika kita menghayati betul bahwa Allah itu Maha Mengetahui, Allah itu Maha Melihat. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Penglihatan Allah. Segala lintasan pikiran, niat yang terbersit dalam hati kita, semua diketahui oleh Allah swt.

Jadi, sumber sifat malu adalah muraqabatullah. Sifat itu hadir setika kita merasa di bawah pantauan Allah swt. Dengan kata lain, ketika kita dalam kondisi ihsan, sifat malu ada dalam diri kita. Apa itu ihsan? “Engkau menyembah Allah seakan melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu,” begitu jawaban Rasulullah saw. atas pertanyaan Jibril tentang ihsan.

Itulah sifat malu yang sesungguhnya. Sebagaimana yang sampai kepada kita melalui Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malulah kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya.” Kami berkata, “Ya Rasulullah, alhamdulillah, kami sesungguhnya malu.” Beliau berkata, “Bukan itu yang aku maksud. Tetapi malu kepada Allah dengan malu yang sesungguhnya; yaitu menjaga kepala dan apa yang dipikirkannya, menjaga perut dari apa yang dikehendakinya. Ingatlah kematian dan ujian, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan alam akhirat, maka ia akan tinggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia memiliki sifat malu yang sesungguhnya kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shifatul Qiyamah, hadits nomor 2382)

Ingat! Malu. Bukan pemalu. Pemalu (khajal) adalah penyakit jiwa dan lemah kepribadian akibat rasa malu yang berlebihan. Sebab, sifat malu tidaklah menghalangi seorang muslimah untuk tampil menyuarakan kebenaran. Sifat malu juga tidak menghambat seorang muslimah untuk belajar dan mencari ilmu. Contohlah Ummu Sulaim Al-Anshariyah.

Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah Ummu Mukminin berkata, “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, menemui Rasulullah saw. seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila bermimpi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bila ia melihat air (keluar dari kemaluannya karena mimpi).’” (HR. Bukhari dalam Kitab Ghusl, hadits nomor 273)

Saat ini banyak muslimah yang salah menempatkan rasa malu. Apalagi situasi pergaulan pria-wanita saat ini begitu ikhtilath (campur baur). Ketika ada lelaki yang menyentuh atau mengulurkan tangan mengajak salaman, seorang muslimah dengan ringan menyambutnya. Ketika kita tanya, mereka menjawab, “Saya malu menolaknya.” Bagaimana jika cara bersalamannya dengan bentuk cipika-cipiki (cium pipi kanan cium pipi kiri)? “Ya abis gimana lagi. Ntar dibilang gak gaul. Kan tengsin (malu)!”

Bahkan ketika dilecehkan oleh tangan-tangan jahil di kendaraan umum, tidak sedikit muslimah yang diam tak bersuara. Ketika kita tanya kenapa tidak berteriak atau menghardik lelaki jahil itu, jawabnya, sekali lagi, saya malu.

Jelas itu penempatan rasa malu yang salah. Tapi, anehnya tidak sedikit muslimah yang lupa akan rasa malu saat mengenakan rok mini. Betul kepala ditutupi oleh jilbab kecil, tapi busana ketat yang diapai menonjolkan lekak-lekut tubuh. Betul mereka berpakaian, tapi hakikatnya telanjang. Jika dulu underwear adalah busana sangat pribadi, kini menjadi bagian gaya yang setiap orang bisa lihat tanpa rona merah di pipi.

Begitulah jika urat malu sudah hilang. “Idza lam tastahyii fashna’ maa syi’ta, bila kamu tidak malu, lakukanlah apa saja yang kamu inginkan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Ahaditsul Anbiya, hadits nomor 3225).

Ada tiga pemahaman atas sabda Rasulullah itu. Pertama, berupa ancaman. “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushhdilat: 40).

Kedua, perkataan Nabi itu memberitakan tentang kondisi orang yang tidak punya malu. Mereka bisa melakukan apa saja karena tidak punya standar moral. Tidak punya aturan.

Ketiga, hadits ini berisi perintah Rasulullah saw. kepada kita untuk bersikap wara’. Jadi, kita menangkap makna yang tersirat bahwa Rasulullah berkata, apa kamu tidak malu melakukannya? Kalau malu, menghindarlah!

Salman Al-Farisi punya pemahaman lain lagi tentang hadits itu. “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla apabila hendak membinasakan seorang hamba, maka Ia mencabut darinya rasa malu. Bila rasa malu telah dicabut, maka engkau tidak akan menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai. Bila engkau tidak menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai, maka dicabutlah pula darinya sifat amanah. Bila sifat amanah itu dicabut darinya, maka engkau tidak akan menjumpainya selain sebagai pengkhianat dan dikhianati. Bila engkau tak menemuinya selain pengkhianat dan dikhianati, maka rahmat Allah akan dicabut darinya. Bila rahmat itu dicabut darinya, maka engakau tidak akan menemukannya selain sosok pengutuk dan dikutuk. Bila engkau tidak menemukannya selain sebagai pengkutuk dan dikutuk, maka dicabutlah darinya ikatan Islam,” begitu kata Salman. (HR. Ibnu Majah dalam Kitab Fitan, hadits nomor 4044, sanadnya lemah, tapi shahih)

Wanita yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana takwa, yaitu busana yang menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat seorang wanita di hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.

Ibnu Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah dahulu, sebagian kaum wanitanya berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada tanpa penutup. Dan mungkin saja mereka juga memperlihatkan leher, rambut, dan telinga mereka. Maka Allah memerintahkan wanita muslimah agar menutupi bagian-bagian tersebut.”

Menundukkan pandangan juga bagian dari rasa malu. Sebab, mata memiliki sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan sendu, dan isyarat lainnya yang membuat berjuta rasa di dada seorang lelaki. Setiap wanita memiliki pandangan mata yang setajam anak panah dan setiap lelaki paham akan pesan yang dimaksud oleh pandangan itu. Karena itu, Allah swt. memerintahahkan kepada lelaki dan wanita untuk menundukkan sebagaian pandangan mereka.

Memang realitas kekinian tidak bisa kita pungkiri. Kaum wanita saat ini beraktivitas di sektor publik, baik sebagai profesional ataupun aktivis sosial-politik. Ada yang dengan alasan untuk melayani kepentingan sesama wanita yang fitri. Ada juga yang karena keterpaksaan. Tidak sedikit wanita harus bekerja karena ia adalah tulang punggung keluarganya. Sehingga, ikhtilath (bercampur baur dengan lelaki) tidak bisa terhindari.

Untuk yang satu ini, mari kita kutip pendapat Dr. Yusuf Qaradhawi, “Saya ingin mengatakan di sini bahwa kata ikhtilath dalam hal hubungan antara lelaki dan wanita adalah kata diadopsi ke dalam kamus Islam yang tidak dikenal oleh warisan budaya kita pada sejarah abad-abad sebelumnya, dan tidak diketahui selain pada masa ini. Mungkin saja ia berasal dari bahasa asing, hal itu memiliki isyarat yang tidak menenteramkan hati setiap muslim. Yang lebih cocok mungkin bisa menggunakan kata liqa’ atau muqabalah –keduanya berarti pertemuan—atau musyarakah (keterlibatan) seorang lelaki dan wanita, dan sebagainya. Yang jelas, Islam tidak mengeluarkan aturan atau hukum umum terkait dengan masalah ini. Namun hanya melihat tujuan adanya aktivitas tersebut atau maslahat yang mungkin terjadi dan bahaya yang dikhawatirkan, gambaran yang utuh dengannya, dan syarat-syarat yang harus diperhatikan di dalamnya.”

Ada adab yang harus ditegakkan kala terjadi muqabalah antara pria dan wanita. Adab-adab itu adalah:
Ada pembatasan tempat pertemuan
Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan
Tidak berjabat tangan dalam situasi apa pun dengan yang bukan muhrimnya
Hindari berdesak-desakan dan lakukan pembedaan tempat bagi lelaki dan wanita
Tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis)
Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah
Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa
Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, ataupun membayangkannya

Khusus bagi wanita, pakailah pakaian yang yang sesuai syariat, tidak memakai wewangian, batasi diri dalam berbicara dan menatap, serta jaga kewibawaan dan beraktivitas. Perhatikan gaya bicara. Jangan genit!

Dengan begitu jelaslah bahwa Islam tidak mengekang wanita. Wanita bisa terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai aktivitas lainnya. Islam hanya memberi frame dengan adab dan etika. Sifat malu adalah salah satu frame yang harus dijaga oleh setiap wanita muslimah yang meyakini bahwa Allah swt. melihat setiap polah dan desiran hati yang tersimpan dalam dadanya

“nyalakan semangatmu dengan Al-qur’an”

oleh Ustadz Rizki Narendra

Berikut adalah artikel berkenaan dengan tips-tips tentang bagaimana cara mudah dalam menghafal Al-Qur’an yang ditulis oleh Ustadz Rizki Narendra. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca belajarislam.com yang sedang menghafal maupun yang akan menghafal Al-Qur’an. Ustadz Rizki Narendra adalah seorang Hafidz lulusan Ma’had Arrayah Sukabumi. Berikut adalah tips-tipsnya

1. Menghafal al-quran dengan secara tadarruj (bertahap).

Manghafal al-qur’an al-karim perlu dilakukan secara bertahap, artinya memulai dari ayat yang sedikit dan juga mudah, bukan memulai dengan yang banyak kemudian tiba-tiba berhanti di tengah jalan. Perumpamaan Otak manusia seperti cangkir. Kalau saja seember air di tuangkan sekaligus kedalam cangkir maka yang terjadi bukannya air tersebut masuk tetapi malah tumpah kemana-mana, dan hasilnya air yang tersisa dalamnya hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Seperti halnya sebuah cangkir otak manusia ketika dijejali sekaligus dengan file-file hafalan yang terjadi adalah rasa malas dan jenuh dalam menghafal dan akhirnya berujung paa meninggalkan hafalan sama sekali.
Mulailah hafalan dari surat yang antum anggap mudah, mulailah sedikit-sedikit namun istiqomah dan berkesinambungan, kalau misalnya otak kita hanya dapat menghafal satu atau setengah halaman perhari maka biasakanlah untuk istiqomah dalam hal tersebut selama satu atau dua bulan, Tujuannya adalah membiasakan otak untuk menerima memory hafalan sebanyak setengah atau satu halaman perhari. Nah..! ketika otak kita sudah terbiasa dengan hal tersebut maka dengan sendirinya dia akan meminta tambahan. Pernahkah kita memperhatikan bagaimana atlet angkat besi berlatih..? seorang yang ingin menjadi atlet angkat besi dia akan memulai latihannya dengan beban yang ringan selama beberapa waktu, hal tersebut bertujuan untuk membiasakan otot-ototnya,ketika suda terbiasa secara otomatis dia akan menambah beban yang lebih besar lagi. Sepeti itulah hafalan al-quran, ketika otak sudahterbiasa dengan
hafalan yang sedikit denagan sendirinya dia akan meminta tambahan hafalan.
Dan salah satu faidah dari tadaruj ini adalah menjaga keselamatan hafalan dari bercampur baurnya ayat mutasyabihatnya, karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwasanya di dalam alqur’an terdapat banyak sekali ayat mutasyabihat (ayat-ayat yang mirip).

2. Muraja’ah (mengulang-ulang hafalan).

Muraja’ah merupakan kunci pokok dalam menghafal, hafalan tanpa muroja’ah adalah Nol. Rasulullah salallahu ‘alaihi wassallam brsebda:”sesungguhnya perumpamaan penghafal al-quran adalah seperti pemilik seekor unta yang ditambat, jika dia mengikatnya maka dia akan menguasainya, dan jika dia melepaskannya maka unta itu akan pergi.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Ketahuilah bahwa ayat yang paling sulit dihafal, ketika kita berhasil menguasainya akan menjadi ayat yang paling melekat di dalam ingatan, hal itu dikarenakan kita harus mengulangnya berkali-kali dan mengeluarkan energy yang lebih besar untuk menghafalnya, oleh karena itu janganlah kita mudah menyerah ketika kita menemukan kesulitan dalam menguasai sebuah surat.
Suatu hari Al-Imam Ibnu Hibban sedang membaca buku dengan tujuan untuk menghafal sebuah buku, maka dia terus menerus membacanya dan mengulanginya dengan suara keras. Dan di rumah tersebut ada seorang nenek, sedang Al-Imam Ibnu Hibban terus-menerus mengulanginya, sekali, dua kali, tiga kali, hingga sepuluh kali, sampai nenek tersebut merasa bosan mendengarnya, dan berkata: “apa yang engkau lakukan?”, al-imam menjawab: “aku ingin menghafal buku ini.”, nenek tersebut berkata: “celakalah kamu, kalau memang kamu ingin memnghafalnya maka sesungguhnya aku sendiri sudah bisa menghafalnya”. Al-imam bekata: “kalau begitu perdengarkan kepadaku”, maka nenek tersebut memperdenganrkan hafalan kitab tersebut yang baru saja dia hafal, kemudian al-imam berkata: “kalau aku tidak menghafalnya kecuali setelah aku mengulanginya sebanyak tujuh puluh kali”. Kemudian setelah satu tahun berlalu al-imam mendatangi nenek tersebut dan berkata: “wahai nenek, perdengarkanlah kepadaku hafalan kitab satu tahun yang lalu”, maka dia tidak bisa memperdengarkannya, berkata al-imam: “adapun aku tidak lupa satu sedikitpun darinya”. (kaifa tahfadzul ma’luumaat fii dzlihnika, syaikh ‘adil bin Muhammad, hal.16)

3. Memanfaatkan umur dengan sebaik-baiknya.

Memang benar bahwasanya umur yang paling sesuai untuk menghafal adalah di waktu kecil, sebagaimana pepatah mengatakan “menghafal di waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu, sedang menghafal diwaktu tua bagaikan mengukir diatas air”, namun hal ini tidak menghalangi seseorang yang sudah berumur untuk dapat menghafal al-quran, selama dia memiliki azam dan tekad yang kuat untuk bisa menghafal al-quran, disertai dengan niat ikhlash intuk menghafalnya maka insya Allah, Allah subhanahu wata’ala akan menolongnya, Allah ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-qur’an itu untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qomar:22)

4. Memanfaatkan waktu yang baik

Waktu yang paling baik untuk menghafal yang baik berbeda-beda bagi setiap orang, ada yang merasa tengah hari adalah waktu yang paling sesuai untuk menghafal, sebagian lain berpendapat tengah malam, dan lain sebagainya. Hal tersebut bukan menjadi masalah, yang penting adalah ketika waktu itu tiba jangan ada sesuatu yang mengganggu kita, matikan HP, TV, jauhkan pandangan kita dari hal-hal yang dapat menarik perhatian seperti Koran, majalah, hiasan2 unik, gambar sampul buku-buku, dll. Jangan biarkan ada yang merusak konsentrasi kita.
Berkaitan dengan waktu menghafal yang baik sebagian ulama memandang bahwa waktu lapar atau perut kosong lebih baik daripada waktu kenyang, dan pagi hari lebih baik dari sore hari, namun sebagaimana telah disinggung tadi bahwa hal tersebut relative bagi masing-masing individu.

5. Pilih tempat yang baik

Pilihlah tempat yang jauh dari keramaian, karena hal tersebut biasanya sangat mengganggu kelancaran menghafal. Dan tempat yang kami rekomendasikan adalah masjid, karena tempat tersebut merupakan tempat yang penuh berkah, atau juga kamar yang sepi. Dan kami sarankan untuk tidak memilih tempat yang memiliki panorama indah seperti pegunungan atau kebun bunga atau tepi pantai, karena biasanya yang terjadi adalah pemandangan seperti itu justru menarik perhatian ketika menghafal sehingga mengganggu konsentrasi, orang cenderung memilih untuk menikmati panorama tersebut dari pada menghafal al-quran, dan bahkan mungkin sebagian ada yang beralasan bahwa hal tersebut merupakan tadabbur alam, dan tadabbur itu pahalanya lebih besar dari sekedar menghafal al-quran.

6. Mempelajari bahasa arab

Proses menghafal al-quran sangat terbantu apabila seseorang memahami bahasa arab, karena dengan begitu dia mengerti tentang apa yang dia baca, dan juga bacaannya sangat membekas di hati dari pada yang hanya menghafal tanpa tahu memahami apa yang dia baca. Memang pemahaman bahasa arab bukan hal yang mutlak dibutuhkan untuk sekedar menghafal al-quran al-karim, namun perlu diketahui bahwa tujuan utama diturunkannya al-quran bukanlah untuk di hafal, bukan agar seseorang memindahkan huruf-hurufnya dan lafadz-lafadznya kedalam memory otak, melainkan untuk ditadaburi, dan tidak mungkin bagi seseorang untuk mentadaburi al-quran jika dia tidak memahami apa yang dia baca. Jadi kesimpulannya cepat atau lambat seorang yang sedang berusaha menghafal al-quran dituntut untuk bisa memahami bahasa arab.

7. Menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat

Nabi shollallahu ‘alaihi wassallam bersabda: “diantara tanda-tanda baiknya keislaman seseorang adalah dengan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk dirinya” (HR. At-tirmidzi dan Ibnu Majah). Dan cukuplah hadis tersebut diatas sebagai peringatan bagi kita untuk menjauhi hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat, seperti duduk-duduk dipinggir jalan, main game on-line, Play stasion, berlama-lama chating untuk hal-hal sepele, baca buku komik, dan lain-lain.
Ketahuilah bahwasanya hal-hal semacam itu hanya akan mengganggu pikiran kita, membuat penuh memory otak kita dengan persoalan yang tidak berguna, dan mejadikan kita banyak melamun ketika menghafal atau muroja’ah. Biasanya akan terlintas pikiran-pikiran yang berkaitan dengan hal-hal tersebut, seperti: “wah, coba tadi waktu lagi main PS aku pake teknik ini, pasti rajanya bakal kalah telak..!” atau ”gimana ya, cara memecahkan teka-teki di game tadi..?” dan pikiran-pikiran serupa lainnya yang membuyarkan konsentrasi.

8. Menumbuhkan semangat kompetisi bersama teman-teman

Carilah teman yang memiliki semangat yang sama seperti kita, kemudian dekati dia, jadikan dia teman untuk muroja’ah, kemudian tumbuhkan semangat berkompetisi agar saling terpacu untuk menjadi yang terbaik, dan semangat semacam inilah yang tumbuh dikalangan para sahabat, mereka berusaha untuk saling mendahului dalam kebaikan sebagai implementasi dari firman Allah ta’ala: “maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan” (al-maidah: 48).

9. Sabar dalam menghadapi tekanan mental

Seseorang yang baru memulai proses menghafal biasanya akan menghadapi tekanan mental. Dan biasanya hal ini timbul karena merasa kesulitan untuk menghafal ayat-ayat tertentu sulit, atau karena mudahnya ayat-ayat yang dia hafal lenyap dari memorinya, atau juga Karena banyaknya ayat-ayat mutasyabihat (ayat-ayat yang mirip) dan susah untuk dibedakan, sehingga tidak sedikit dari mereka yang pada mulanya berazam untuk menghafal al-quran tiba-tiba saja patah semangat dan akhirnya berhenti.
Ketahuilah bahwasanya jalan menuju surga itu penuh dengan duri, dan orang-orang pilihan Allah adalah mereka yang mampu menghadapi cobaan semacam ini. Ketika seseorang mengalami hal seperti ini maka yang perlu dia lakukan :

* Jangan menambah hafalan untuk sementara, cukup lakukan muroja’ah dari hafalan-hafalan yang sebelumnya. Atau kalau memang tidak bisa memuroja’ah Karena pikiran terlalu penat cukup dengan membacanya saja, tetapi jangan sampai meninggalkan al-quran secara total.
* baca dan tadabburi tafsir dari ayat-ayat yang telah dihafal atau yang ingin dihafal agar kita mengerti makna dari ayat-ayat tersebut sehingga timbul rasa cinta untuk menghafalnya, sebagaimana kata pepatah: “tak kenal maka tak sayang”.
* Salah satu cara untuk mengembalikan semangat adalah dengan membaca kisah-kisah orang-orang pilihan seperti kisah para mujahidin pada zaman dahulu, ulama, raja-raja, dan lain-lain. tetapi jangan membaca buku yang tidak bermanfaat seperti majalah gossip, komik-komik, dan yang sejenisnya karena bacaan-bacaan seperti itu bukannya menambah semangat tetapi justru melalaikan, dan mengajak kita untuk berkhayal.
* Dengarkan bacaan al-quran dari orang-orang yang dikaruniai suara yang merdu, baik itu melalui kaset murotal atau sesame teman.
* Ketahuilah bahwa ayat yang paling sulit dihafal ketika kita berhasil menguasainya akan menjadi ayat yang paling sulit untuk hilang dari ingatan,karena dia akan mengeluarkan usaha yang sangat keras, begitu pula sebaliknya, ayat yang mudah untuk dihafal biasanya akan mudah hilang (orang bilang “easy come easy go”).
* Lakukan sedikit olahraga.
* Setelah pulih lanjutkan kembali hafalan.
* Menjauhi maksiat

Tidak diragukan lagi bahwasanya maksiat adalah salah satu hal yang menghambat hafalan, adh-dhohhak berkata: “kami tidak mengetahui seorangpun yang menghafal al-quran kemudian lupa kecuali karena dosa” kemudian beliau membaca firman Allah ta’ala: “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kamu). (QS. Asy-syuuro: 30).

Demikian sedikit tips untuk menghafal al-qquran, semoga bermanfaat, dan selamat menghafal, semoga Allah ta’ala memberi taufik. Wallahu a’lam.

http://belajarislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=684%3Abeberapa-tips-menghafal-al-quran&catid=25%3Abelajar-alquran&Itemid=131

Banyak hadits Rasulullah saw yang mendorong untuk menghafal Al Qur’an atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah swt. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur’an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (HR. Tirmidzi)

Berikut adalah Fadhail Hifzhul Qur’an (Keutamaan menghafal Qur’an) yang dijelaskan Allah dan Rasul-Nya, agar kita lebih terangsang dan bergairah dalam berinteraksi dengan Al Qur’an khususnya menghafal.

Fadhail Dunia

1. Hifzhul Qur’an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah

Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlul Qur’an,
“Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur’an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, ‘Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat'” (HR. Bukhari)

Bahkan nikmat mampu menghafal Al Qur’an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu,
“Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Qur’an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya.” (HR. Hakim)

2. Al Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi penghafalnya

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Seorang hafizh Al Qur’an adalah orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)

Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur’an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur’an. Rasul mendahulukan pemakamannya.

“Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, “Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur’an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari)

Pada kesempatan lain, Nabi SAW memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi.

Dari Abu Hurairah ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa’i)

Kepada hafizh Al Qur’an, Rasul SAW menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama’ah. Rasulullah SAW bersabda,
“Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya.” (HR. Muslim)

4. Hifzhul Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu

“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (QS Al-Ankabuut 29:49)

5. Hafizh Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)

6. Menghormati seorang hafizh Al Qur’an berarti mengagungkan Allah

“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al Qur’an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil.” (HR. Abu Daud)

Fadhail Akhirat

1. Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafal

Dari Abi Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah olehmu Al Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).”” (HR. Muslim)

2. Hifzhul Qur’an akan meninggikan derajat manusia di surga

Dari Abdillah bin Amr bin ‘Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada shahib Al Qur’an, “Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur’an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur’an adalah orang yang hafal semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.

3. Para penghafal Al Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan taat

“Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat.” (Muttafaqun ?alaih)

4. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)

Mereka akan dipanggil, “Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?” Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)

5. Kedua orang tua penghafal Al Qur’an mendapat kemuliaan

Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (HR. Al-Hakim)

6. Penghafal Al Qur’an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al Qur’an

Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika sedang atau selesai menghafal. Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai bertemu dengan Allah. Sedangkan pahala yang dijanjikan Allah adalah dari setiap hurufnya.

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. At-Turmudzi)

7. Penghafal Al Qur’an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Faathir 35:29-30)

Adapun fadilah-fadilah lain seperti penghafal Al Qur’an tidak akan pikun, akalnya selalu sehat, akan dapat memberi syafa’at kepada sepuluh orang dari keluarganya, serta orang yang paling kaya, do’anya selalu dikabulkan dan pembawa panji-panji Islam, semuanya tersebut dalam hadits yang dhaif.

“Ya Allah, jadikan kami, anak-anak kami, dan keluarga kami sebagai penghafal Al Qur’an, jadikan kami orang-orang yang mampu mengambil manfaat dari Al Qur’an dan kelezatan mendengar ucapan-Nya, tunduk kepada perintah-perintah dan larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan jadikan kami orang-orang yang beruntung ketika selesai khatam Al Qur’an. Allahumma amin” (dian)

Maraji’:
Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc. Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah.
Dr. Yusuf Qardhawi. Berinteraksi dengan Al Qur?an.